Sistem Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif

Di Indonesia, kasus kebakaran di bangunan komersial dan industri masih sering terjadi. Penyebabnya bisa karena korsleting listrik, kelalaian manusia, atau sistem proteksi yang tidak berfungsi optimal.

Oleh karena itu, setiap bangunan wajib dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif untuk meminimalkan risiko kerusakan dan korban jiwa. Sistem ini berfungsi mendeteksi, menahan, dan memadamkan api secepat mungkin.

Secara umum, sistem proteksi kebakaran dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif. Keduanya bekerja saling melengkapi. Simak penjelasannya berikut ini!

Apa Itu Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah rangkaian peralatan yang dirancang untuk mendeteksi, memberi peringatan, dan memadamkan api melalui respons otomatis atau manual. Disebut “aktif” karena sistem ini memerlukan aksi nyata saat kebakaran terjadi, baik dari alat maupun dari manusia yang mengoperasikannya.

Sistem ini berperan penting dalam menjaga keselamatan penghuni serta meminimalkan kerugian akibat kebakaran. Berikut beberapa komponen utama yang biasanya terdapat dalam sistem proteksi kebakaran aktif:

1. Detektor Asap dan Panas

Alat ini mendeteksi keberadaan asap atau peningkatan suhu berlebih di dalam ruangan. Begitu sensor mendeteksi adanya indikasi kebakaran, sistem alarm akan menyala sebagai peringatan untuk segera melakukan evakuasi.

2. Alarm Kebakaran

Alarm akan memberikan peringatan suara saat kebakaran terdeteksi. Pada gedung modern, sistem alarm biasanya terhubung ke panel kontrol pusat yang menunjukkan lokasi sumber api, sehingga petugas dapat merespons lebih cepat.

3. Sprinkler Otomatis

Sprinkler bekerja otomatis ketika suhu di ruangan mencapai ambang batas tertentu, biasanya sekitar 68°C. Saat sprinkler aktif, air langsung disemprotkan untuk memadamkan api di titik awal dan mencegah penyebarannya ke area lain.

4. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Alat ini memungkinkan penghuni atau petugas dalam memadamkan api pada tahap awal sebelum api membesar. Pemilihan jenis alat pemadam api ringan (APAR) harus disesuaikan dengan sumber penyebab kebakaran, misalnya untuk api akibat listrik, bahan cair mudah terbakar, atau gas.

5. Sistem Hydrant dan Fire Pump

Sistem hydrant adalah sumber air utama untuk memadamkan api skala besar. Sistem hydrant umumnya terdiri dari beberapa jenis pompa, yaitu: main pump, diesel pump, dan jockey pump.

Sebagai contoh penerapan di gedung perkantoran bertingkat, ketika detektor asap memicu alarm, sprinkler akan otomatis menyemprotkan air untuk menahan api, sementara tekanan air tetap stabil berkat jockey pump. Semua sistem ini bekerja terpadu untuk memastikan respons cepat terhadap kebakaran.

Apa Itu Sistem Proteksi Kebakaran Pasif

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah rangkaian elemen bangunan yang berfungsi menahan dan membatasi penyebaran api serta asap tanpa perlu aktivasi otomatis.

Tujuan utamanya adalah memperlambat laju kebakaran dan memberi waktu evakuasi bagi penghuni untuk menyelamatkan diri.

Berikut beberapa komponen utama dalam sistem proteksi kebakaran pasif:

1. Dinding dan Lantai Tahan Api

Dinding dan lantai tahan api terbuat dari material khusus seperti bata tahan api atau panel berlapis gypsum. Material ini berguna untuk menghambat penyebaran panas dan api antar-ruangan.

2. Pintu Tahan Api

Pintu tahan api memiliki rating ketahanan tertentu dan penutup otomatis agar asap tidak menyebar. Misalnya FD 60, artinya pintu mampu menahan api sebaran api dan asap selama 60 menit. 

3. Fire Stopping pada Kabel dan Pipa

Celah di sekitar pipa, kabel, atau ventilasi yang menembus dinding harus ditutup dengan bahan perapat tahan api (fire sealant). Langkah ini membantu mencegah rambatan api dan asap melalui bukaan instalasi antar-ruangan.

4. Ventilasi dan Penutup Shaft

Komponen ini berfungsi mengendalikan aliran udara dan asap agar tidak menyebar ke area lain di dalam gedung. Penempatan dan desainnya disesuaikan dengan sistem evakuasi dan pengendalian asap bangunan.

Perbedaan dan Keterkaitan Sistem Aktif dan Pasif

Sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif memiliki cara kerja yang berbeda, namun keduanya saling melengkapi dalam memberikan perlindungan menyeluruh terhadap risiko kebakaran.

Sistem aktif berfokus pada deteksi dan penanggulangan kebakaran secara langsung, sedangkan sistem pasif berfungsi untuk menahan dan memperlambat penyebaran api sehingga penghuni memiliki waktu lebih lama untuk menyelamatkan diri.

Berikut perbedaan utama antara kedua sistem tersebut:

AspekSistem AktifSistem Pasif
AktivasiPerlu aksi (manual/otomatis)Tidak perlu aktivasi
Tujuan UtamaMendeteksi dan memadamkan apiMenahan dan memperlambat penyebaran api sehingga penghuni gedung dapat menyelamatkan diri. 
KomponenAlarm, sprinkler, hydrant, APARFire door, dinding tahan api, fire stopping

Dalam penerapannya, kedua sistem ini bekerja secara terintegrasi. Misalnya, ketika sistem alarm mendeteksi adanya asap, sprinkler akan aktif secara otomatis, sementara pintu tahan api di koridor akan menutup untuk mencegah penyebaran asap dan panas ke area lain.

Penerapan & Standar Regulasi di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai standar dan regulasi terkait penerapan sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif guna memastikan setiap bangunan memenuhi persyaratan keselamatan. Ketentuan ini menjadi acuan bagi perencana, pengembang, dan pengelola bangunan dalam merancang serta menerapkan sistem proteksi kebakaran yang andal.

Beberapa standar yang umum digunakan antara lain:

  • SNI 03-1745-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung.
  • Permen PUPR Nomor 26 M-Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan dan Lingkungan

Regulasi tersebut mengatur kewajiban pemasangan alat proteksi kebakaran seperti sprinkler, alarm, hydrant, hingga pintu tahan api, terutama untuk gedung publik, hotel, dan pabrik. Selain pemasangan, standar ini juga menekankan pentingnya inspeksi dan perawatan berkala agar seluruh sistem berfungsi optimal saat dibutuhkan. 

Jadi, penerapan sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif tidak dapat dipisahkan dalam upaya melindungi bangunan dari risiko kebakaran. Pemilik bangunan, manajer fasilitas, maupun kontraktor perlu memastikan seluruh komponen sistem telah terpasang sesuai standar SNI dan diuji secara berkala.

Dengan penerapan yang tepat serta perawatan rutin, sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif dapat berfungsi secara optimal dalam melindungi jiwa, aset, dan bangunan dari risiko kebakaran.