cara menghitung kapasitas pompa pemadam kebakaran

Menghitung kapasitas pompa pemadam kebakaran bukan hal yang bisa dianggap sepele. Perhitungan yang keliru dapat menyebabkan sistem hydrant dan sprinkler tidak berfungsi dengan baik.

Alhasil, saat terjadi kebakaran, pasokan air mungkin tidak mencukupi. Hal ini bisa menyebabkan kegagalan proteksi, kerugian aset, bahkan korban jiwa

Agar lebih aman, pelajari cara menghitung kapasitas pompa pemadam kebakaran sesuai standar yang berlaku.

Standar Perhitungan Kapasitas Pompa Pemadam Kebakaran

Perhitungan kapasitas pompa pemadam kebakaran tidak boleh dilakukan sembarangan. Di Indonesia, acuan resminya adalah SNI 6570:2023, sebagai pembaruan dari SNI 03-6570-2001 untuk memberikan jaminan mutu bagi perencana, pengguna, dan pengelola sistem proteksi kebakaran di gedung.

Selain itu, ada juga standar internasional NFPA 20 yang dikembangkan oleh National Fire Protection Association. Standar ini lebih komprehensif karena mengatur instalasi, desain, pengujian, hingga pemeliharaan pompa kebakaran.

Kedua standar tersebut sama-sama menekankan faktor teknis penting yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas pompa, seperti:

  • Kapasitas Aliran (Flow): seberapa banyak air yang bisa dipompa dalam satu waktu. Biasanya diukur dalam GPM (Gallons per Minute) atau LPM (Liter per Minute).
  • Tekanan (Head): seberapa kuat pompa mendorong air dan diukur dalam bar atau psi.
  • Daya Pompa: kapasitas motor yang dibutuhkan untuk menggerakkan pompa. Biasanya diukur dalam kW atau HP.

Dengan mengikuti standar tersebut, cara menghitung kapasitas pompa pemadam kebakaran bisa dilakukan lebih akurat, sesuai kebutuhan lapangan. Dari sisi keselamatan, penerapan sesuai standar memastikan instalasi benar-benar andal ketika terjadi keadaan darurat.

Rumus dan Metode Perhitungan Kapasitas Pompa

Untuk menghitung kapasitas pompa, terdapat 2 rumus dasar yang bisa digunakan, yaitu:

  • Rumus debit pompa (Q) → Q = V/t (Volume air dibagi waktu)
  • Konversinya adalah 1 GPM = 3.785 LPM.

Sebagai gambaran, standar kebutuhan air untuk satu hydrant umumnya berada di kisaran 500–1000 GPM atau sekitar 1890–3780 LPM.

Sedangkan untuk menghitung total tekanan yang dibutuhkan (head pompa), rumusnya adalah:

Total Head = Static Head + Friction Loss + Safety Factor

  • Static Head adalah selisih ketinggian antara pompa dan titik air tertinggi
  • Friction Loss adalah tekanan akibat gesekan air di dalam pipa.
  • Safety Factor adalah keamanan untuk memastikan pompa bekerja optimal.

Contoh Perhitungan Kapasitas Pompa Pemadam Kebakaran

Jika Anda masih bingung, berikut contoh cara menghitung kapasitas pompa pemadam kebakaran untuk sebuah gedung 10 lantai:

1. Tentukan Kebutuhan Flow

Anda harus tahu berapa hydrant atau sprinkler yang akan beroperasi bersamaan. Asumsikan ada 2-3 hydrant yang akan bekerja bersamaan dan setiap hydrant butuh 500 GPM. 

Maka, flow total yang dibutuhkan sekitar 1000 GPM (untuk 2 hydrant) atau 1500 GPM (untuk 3 hydrant).

2. Hitung Kebutuhan Head

Ketinggian gedung 10 lantai setara ±40 meter. Ditambah kehilangan tekanan di pipa dan faktor keamanan, total head yang dibutuhkan bisa mencapai puluhan bar

3. Tentukan Daya Motor

Setelah flow dan head diketahui, Anda bisa menentukan daya motor pompa. Contohnya, untuk kapasitas 1000 GPM dan head 10 bar, Anda mungkin membutuhkan Hydrant Fire Pump dengan daya sekitar 55 kW.

Contoh ini memang sederhana, tapi cukup memberi gambaran bahwa setiap variabel—flow, head, hingga daya—wajib dihitung dengan cermat.

Faktor Tambahan dalam Perhitungan

Selain flow, head, dan daya motor, ada beberapa faktor lain yang penting dalam cara menghitung kapasitas pompa pemadam kebakaran, yaitu:

1. Jumlah Hydrant Operasional

Berapa banyak hydrant yang diantisipasi akan beroperasi bersamaan. Semakin banyak hydrant yang aktif bersamaan, semakin besar total kapasitas yang dibutuhkan.

2. Kebutuhan Cadangan Air

Penting untuk menghitung volume tangki reservoir. Tangki harus mampu menyuplai air dalam durasi tertentu sesuai standar SNI maupun NFPA.

3. Jenis-Jenis Pompa

Perhitungan juga harus mencakup jenis-jenis pompanya. Dalam sistem pompa pemadam kebakaran biasanya digunakan beberapa jenis pompa, seperti jockey pump untuk menjaga tekanan, electric pump sebagai pompa utama, dan diesel pump sebagai cadangan bila listrik mati.

Itulah penjelasan lengkap tentang cara menghitung kapasitas pompa pemadam kebakaran berdasarkan standar SNI dan NFPA. Mulai dari kebutuhan flow, tekanan, hingga daya motor harus diperhitungkan secara detail. Pertimbangkan juga faktor tambahan seperti jumlah hydrant, kapasitas tangki, dan jenis pompa yang digunakan.

Dengan memahami cara hitung yang benar, sistem pemadam kebakaran akan lebih siap menghadapi kondisi darurat.

Untuk hasil yang lebih akurat, sebaiknya lakukan konsultasi dengan tenaga ahli di bidang fire protection dan pastikan pompa pemadam kebakaran yang dipilih sesuai standar agar siap digunakan saat darurat.